Minggu, 22 April 2012

SADARI

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ca. Mammae adalah kanker yang relatif sering dijumpai dan merupakan penyebab kematian utama pada wanita berusia 45 dan 64 tahun.
Ca. Mammae merupakan penyakit yang mengancam atau semua wanita dapat beresiko untuk terkena kanker payudara ini, tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara sebaliknya faktor genetik, hormonal dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini.
Bebrapa gambaran kanker payudara menunjang prognolisnya, secara umum, makin kecil tumor, makin baik prognosisnya, karsinoma payudara bukan semata-semata keadaan patologis yang terjadi hanya dalam semalam, tetapi membutuhkan + 2 tahun agar bisa teraba
Pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami ca. mammaaae adalah yang spedifik berhubungan dengan diagnosis, tumor, terlebih tumor yang diduga / dinyatakan ganas, peran perawat sangat penting dalam meningkatkan merehabititasi dan mengkoordinasikan klien terhadap keadaan kesehatan

B.TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mendapat gambaran secara nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pasien dengan kanker mammae
2. Tujuan Khusus
Mendapat gambaran nyata :
a. Pengkajian klien dengan Ca. Mammae
b. Diagnosa keperawatan dengan Ca. Mammae
c. Rencana keperawatan pada klien dengan Ca. Mammae
d. Intervensi keperawatan pada klien dengan Ca. Mammae
e. Evaluasi keperawatan pada klien dengan Ca. Mammae

C. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah jenis metode studi kasus untuk mengamati, mengenal serta menganalisa kegiatan atau masalah yang terjadi saat ini dan sekarang melalui wawancara, observasi langsung dan pemeriksaan fisik, selain itu penulis menggunakan studi dokumentasi pasien dan studi kepustakaan untuk mendapatkan dasar-dasar karena dengan sumber yang berhubungan dengan masalah reproduksi wanita / payudara

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman terdapat isi laporan ini maka disusun ke dalam Bab sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN : Latar belakang, Tujuan, Metode Penulisan, Sistematika
Penulisan
BAB II : KONSEP DASAR : Pengertian Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis,
Pemeriksaan Penunjang, Komplikasi, Penatalaksanaan
dan Klasifikasi
BAB III : PEMBAHASAN
BAB IV : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR Ca. MAMME (KANKER PAYUDARA)
1. Pengertian
Kanker payudara adalah kanker yang relatif sering dijumpai pada wanita merupakan penyebab kematian utama pada wanita berusia antara 45 dan 64 tahun (Elizaberth J. Corwin, 2000 : G67)
Kanker payudara adalah jenis kanker kedua penyebab kematian karena kanker pada wanita, dengan perkiraan 46.000 meninggal pada tahun 1994. (Danielle Gale, RN. MS, 1999 : 127)
Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang terbanyak ditemukan di Indonesia biasanya ditemukan umur 40-49 tahun dan letak terbanyak dikuadran lateral atas (Mansjoer, 2000 : 283)

2. Tanda dan Gejala
a.Benjolan atau penebalan pada payudara. Ditemukan pada wanita itu sendiri akan tetapi
Kebanyakan ditemukan kebetulan tidak dengan pemerikasaan SADARI
b.Pada tahap lanjut, kulit cekung (lesung), retraksi atau deviasi putting susu nyeri
Nyeri tekan atau rabas khususnya berdarah dari putting
Kulit peau d’orange
Kulit tebal dengan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk
Ulserasi pada payudara
c. Bila sudah metastasis
Nyeri pada bahu, pinggang, bahu bagian bawah atau pelvis
Batuk menetap
Anoreksi atau BB
Gang pencernaan
Pusing, penglihatan kabur dan kepala
d. Pembesaran kelenjar getah bening

3. Etiologi
a. Umur > 30 tahun
b. Melahirkan anak pertama pada usia > 35 tahun
c. Tidak kawin dan nulipara
d. Usia menars <12>
e. Usia menepouse > 55 tahun
f. Pernah mengalami infeksi, trauma atau operasi tumor jinak payudara
g. Terapi hormonal lama
h. Mempunyai kanker payudara kontralateral
i. Pernah menjalani operasi ginekologis misalnya tumor ovarium
j. Pernah mengalami radiasi di daerah dada
k.Ada riwayat keluarga dengan kanker payudara pad aibu, saudara perempuan Ibu, Sdr
perempuan, adik / kakak
l.Kontrasepsi oral pada pasien tumor payudara jinak seperti kelainan fibrokistik yang ganas

4. Patofisiologi
Etiologi yang ada
Sadari
Benjolan pada payudara Tidak teraba pada payudara
Mamografis (USG)
Jinak Dicurigai ganas Ganas
Biopsy
Sel jinak Sel ganas
Kanker payudara
Penentuan stadium
Stadium I : Tumor <>
Stadium II : Tumor 2-5 cm, metastasisi ke kelenjar getah bening ketiak
Stadium III : Tumor > 5 cm, metastasis ke kelenjar getah bening ketiak dan menyebar kekulit
dinding dada
Stadium IV : Metastasis kas

5. Pemeriksaan Penunjang
a.Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara teratur setiap bulan deteksi dini kanker /
tumor. Dilakukan pad wanita berusia diatas 20 tahun.
b.Mamografi., pemeriksaan sinar-X payudara untuk mengidentifikasi kanker sebelum benjolan
pada payudara diraba dianjurkan untuk 40 tahun keatas.
c. Pemeriksaan USG untuk membedakan lesi/tumor.
d. Pemeriksaan USG untuk histopatologis yang dilakukan dengan :
1) Biopsi eksisi, dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan sehat
disekitarnya bila tumor <>
2) Biopsi insisi, dengan mengangkat sebagai jaringan tumor dan sedikit jaringan sehat,
dilakukan untuk tumor-tumor yang inoperable atau lebih besar dari 5 cm.

6.Penatalaksanaan
a. Masektomi atau lumpektomi, dengan diseksi kelenjar getah bening aksila
b. Radiasi atau antiestrogen untuk tumor yang + reseptor estrogennya
c. Rekonstruksi payudara
d. Pemberian konseling dan dukungannya
(J. Corwin, 2000 : 659)
e. Pembedahan / Biopsi
Terjadinya untuk menemukan bila ada masa malignasis dan kanker payudara tersebut. Ada
dua jenis prosedur :
1) Prosedur satu tahap dilakukan dengan anastesi umum dengan potongan beku cepat.
2) Prosedur dua tahap dilakukan dengan anastesi lokal dan tersebut dipulangkan kerumah.
f. Terapi Radiasi
Sebagai pengobatan primer untuk kanker payudara tahap satu dan dua
g. Kemoterapi

7. Komplikasi
Dapat metastasis luas. Tempat metastasis antara lain adalah otak paru, tulang, hati dan ovarium. Angka bertahan hidup bergantung pada stadium satadium I (tumor <>

8. Klasifikasi
Klasifikasi TNM kanker payudara (AJCC 1992)
TA : Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0 : Tidak Terbukti adanya tumor primer
T15 : Kanker in situ
Kanker intraduktal / lobural in situ
Penyakit pengetahuan pada papilla tanpa terasa tumor
T1 : Tumor <>
T1a tumor <>
T1b tumor 0,5-1 cm
T1c tumor 102 cm
T2 : Tumor 2-5 cm
T3 : Tumor > 5 cm
T4 : Berapapun ukuran tumor, dengan penyebaran langsung ke dinding dada kulit. Dinding
dada termasuk kosta, otot interkesta, otot seratus interior tidak termasuk otot pektroralis
T4a : Melekat pada dinding dada
T4b : Edema pear d’orange ulserasi, nodul satelit pada daerah payudara yang sama
T4c T4a dan T4b
T4d Karsinoma inflammation = mastitis karsinomato E15
Nx : Pembesaran kelenjar regional tak dapat ditentukan
N02 : Tidak teraba kelenjar aksila
N1 : Teraba pembesaran kelenjar aksila hemolateral yang tidak melekat
N2 : Teraba pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral
Mx : Metastasisi jauh tidak dapat dilanjutkan
M0 : Tidak ada metastasis jauh
M1 : Terdapat metastasisi jauh, termasuk ke kelenjar suprakavikula

BAB III
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Pemeriksaan oleh pasien sendiri. sadari dilakukan pada wanita yang berusia ≥ 20 tahun secara rutin setiap bulan. Pasien dapat memeriksanya dengan meraba payudaranya apakah ada kelainan atau tumor, saat mandi atau setelah mandi saat bercermin. Namun, kanker payudara sering sekali ditemukan pertama kali oleh pasien melalui sadari setelah massa / tumor dapat teraba (sekitar 1 cm).
Pemeriksaan Payudara Sendiri atau SADARI diangap sebagai cara termurah, aman, dan sederhana. Meski demikian pemeriksaan ini haruslah berdasarkan petunjuk dan pedoman yang telah ada. Dengan SADARI, bukan tidak mungkin akan lebih banyak Kanker Payudara stadium dini yang dapat dideteksi. Sayangnya, SADARI diangap masih belum efektif. Hal ini dikarenakan ketakutan dan kecemasan dalam menghadapi kenyataan, serta masih sedikitnya wanita yang memakai cara test ini (sekitar 15 hingga 30 persen). Selain itu pemahaman SADARI secara teknis masih belum dikuasai.
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
1. Faktor reproduksi
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara
adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan
kehamilan pertama pada umur tua.
2. Penggunaan hormon
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.
3. Penyakit fibrokistik
Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada peningkatan risiko
terjadinya kanker payudara.
4. Obesitas
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker
payudara pada wanita pasca menopause.
5. Konsumsi lemak
Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara.
6. Radiasi
Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya
risiko kanker payudara.
7. Riwayat keluarga dan faktor genetik
Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan
dilaksanakan skrining untuk kanker payudara.

B. TUJUAN
1. untuk merasakan dan mengenal lekuk-lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan
dapat diketahui segera
2. mendeteksi dini apabila terdapat benjolan
3. untuk memastikan ada-tidaknya perubahan pertanda kanker payudara
4. mengetahui ada tidaknya kanker payudara

C. MANFAAT
1. wanita dapat memahami adanya tanda-tanda ca.mamae
2. Pencegahan dini kanker pada payudara
3. Wanita jadi memahami perawatan payudara sangatlah penting

D. WAKTU PELAKSANAANNYA
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sejak usia 20 tahun.
Pemeriksaan berkala oleh dokter setiap dua hingga tiga tahun pada usia 20 hingga 40 tahun.
Pemeriksaan berkala oleh dokter setiap tahun setelah berusia 35 tahun.
Mamografi satu hingga dua kali pada usia 35 hingga 49 tahun. ( mamografi = pemeriksaan
radiodiagnostik khusus dengan mempergunakan teknik foto ?soft tissue? pada payudara.).

E. Langkah-langkah
1. Amati!


Lakukan pemeriksaan di depan kaca
Berdiri di depan kaca, lengan terletak di samping badan. Perhatikan bentuk dan ukuran payudara. Normal jika ukuran satu dengan yang lain tidak sama. Kemudian, perhatikan juga bentuk puting dan warna kulit. Lakukan hal yang sama dengan posisi tangan yang berbeda-beda (kedua tangan diangkat, tangan diletakkan di pinggang, atau badan sedikit membungkuk). Lakukan hal ini waktu mandi atau sedang bercermin sehingga Anda dapat mengenali bentuk payudara.
.
2. Rasakan!


Berbaring dengan bantal di bawah pundak kiri. Letakkan tangan kanan di belakang kepala membentuk sudut 90 derajat. Gunakan 3 jari tangan kiri Anda untuk merasakan benjolan atau penebalan kulit pada payudara.
Tekan dengan baik payudara Anda. Pelajari bagaimana rasa payudara Anda pada biasanya.

Anda bisa pilih arah jelajah 3 jari Anda
(A) Melingkar

(B) naik turun

(C) pilah-pilah

Langkah ini memastikan Anda telah menjelajahi seluruh area dan membantu Anda mengingatkan bagaimana keadaan payudara. Sekarang periksa payudara kiri dengan 3 jari tangan kanan Anda.

SADARI bulanan dengan pemeriksaan klinis payudara tahunan (Clinical Breast Examination /Â CBE) oleh seorang ahli dan mamografi, sangat bermanfaat untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini.Ada tiga langkah penting untuk melakukan SADARI, yaitu:

1. Pemeriksaan di depan cermin.
Berdirilah seperti biasa di depan cermin, dan perhatikan kesimetrisan kedua payudara Anda. Lalu angkat kedua lengan Anda melewati kepala. Perhatikan, apakah ada perubahan bentuk di setiap payudara, pembengkakan, lekukan, atau perubahan di setiap puting. Kenalilah payudara anda sebagaimana anda mengenali wajah anda sendiri. Masa jerawat kecil anda bisa menyadari dengan jelas tetapi payudara berubah anda tidak sadar? jangan buat si payudara menjadi cemburu dengan wajah anda

2. Pemeriksaan raba pada posisi berdiri.
Untuk melakukan pemeriksaan pada payudara sebelah kanan, angkat lengan kanan anda ke belakang kepala, lalu gunakan jari-jari tangan kiri untuk melakukan pemeriksaan. Lakukan langkah-langkah sebaliknya untuk memeriksa payudara sebelah kiri.Â

3. Pemeriksaan raba pada saat berbaring.
Berbaringlah di atas permukaan yang keras. Saat melakukan pemeriksaan pada payudara kanan, letakkan bantal di bawah pundak kanan. Kemudian letakkan lengan kanan di belakang kepala. Ratakan jari-jari tangan kiri pada payudara kanan, dan tekan secara lembut dengan gerakan memutar searah jarum jam. Mulailah pada bagian paling puncak dari payudara kanan (posisi jam 12), kemudian bergerak ke arah jam 10 dan seterusnya, sampai kembali ke posisi jam 12. Setelah itu, pindahkan jari-jari Anda kira-kira 2 cm mendekati puting. Teruskan gerakan memutar seperti sebelumnya hingga seluruh bagian payudara, termasuk puting selesai diperiksa. Lakukan hal yang sama pada payudara sebelah kiri.
Teknik SADARI yang benar harus menggunakan buku jari dari ketiga jari tengah Anda, bukan ujung jari. Anda sangat dianjurkan untuk mengulang-ulang gerakan melingkar dengan buku jari yang disertai dengan sedikit penekanan. Namun penekanan yang berlebihan dapat menyebabkan tekanan pada tulang rusuk dan akan terasa seperti benjolan.

4. Tempo permeriksaan
Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan sebulan sekali. Para wanita yang sedang haid sebaiknya melakukan pemeriksaan pada hari ke-5 sampai ke-7 setelah masa haid bermula, ketika payudara mereka sedang mengendur dan terasa lebih lunak.
Jika menemukan adanya benjolan atau perubahan pada payudara yang membuat diri Anda resah, segera konsultasikan ke dokter. Jika dokter menginformasikan bahwa hasil pemeriksaannya menunjukkan tidak adanya kelainan tapi Anda masih tetap resah, Anda bisa meminta kunjungan lanjutan. Anda juga bisa meminta pendapat kedua dari seorang dokter spesialis.
Para wanita yang telah berusia 20 dianjurkan untuk mulai melakukan SADARI bulanan dan CBE tahunan, dan harus melakukan pemeriksaan mamografi setahun sekali bila mereka telah memasuki usia 40.
Jangan biarkan kanker payudara merusak hidup anda! kanker payudara bukan kanker ganas kalau anda menyadarinya sebelum terlambat!



BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
SADARI bulanan dengan pemeriksaan klinis payudara tahunan (Clinical Breast Examination /Â CBE) oleh seorang ahli dan mamografi, sangat bermanfaat untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini.
1. Tanda dan Gejala
a. Benjolan atau penebalan pada payudara
b. Kulit cekung (lesung), retraksi atau deviasi putting susu nyeri
Nyeri tekan atau rabas khususnya berdarah dari putting
c. Nyeri pada bahu, pinggang, bahu bagian bawah atau pelvis
2. Etiologi
a. Umur > 30 tahun
b. Melahirkan anak pertama pada usia > 35 tahun
c. Tidak kawin dan nulipara
d. Usia menars <12>
e. Usia menepouse > 55 tahun
3. Patofisiologi
Etiologi yang ada
Sadari
Benjolan pada payudara Tidak teraba pada payudara
Mamografis (USG)
Jinak Dicurigai ganas Ganas
Biopsy
4. Pemeriksaan Penunjang
a.Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara teratur setiap bulan deteksi dini
kanker / tumor. Dilakukan pad wanita berusia diatas 20 tahun.
b.Mamografi., pemeriksaan sinar-X payudara untuk mengidentifikasi kanker sebelum
benjolan pada payudara diraba dianjurkan untuk 40 tahun keatas.
c. Pemeriksaan USG untuk membedakan lesi/tumor.
d. Pemeriksaan USG untuk histopatologis
5. Penatalaksanaan
a. Masektomi atau lumpektomi, dengan diseksi kelenjar getah bening aksila
b. Radiasi atau antiestrogen untuk tumor yang + reseptor estrogennya
c. Rekonstruksi payudara
d. Pemberian konseling dan dukungannya
e. Pembedahan / Biopsi
6. Komplikasi
Dapat metastasis luas. Tempat metastasis antara lain adalah otak paru, tulang, hati dan ovarium. Angka bertahan hidup bergantung pada stadium satadium I.

B. SARAN
1. Hendaknya seorang tenaga kerja kesehatan khususnya bidan lebih meningkatkan lagi pelayanannya kepada masyarakat.
2. Hendaknya dalam setiap kegiatan yang dilakukan bidan jangan lupa membuat dokumentasi
3. Sebaikanya bidan selalu memperhatikan inform choice dan inform concent atas setiap tindakan yang ingin dilakukannya pada tindakan yang beresiko tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Boback M. Irene. 1996. Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta:EGC
Corwin J. Elizabeth. 1996. Patofisiologi. Jakarta:EGC
Doen goes. Marlynn. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Gale. Danielle and Charette Jane. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC
Mansjoer. Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid ke 2. Jakarta : Media Ausculapius FKUI

ADNEKSITIS

ADNEKSITIS


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis setiap manusia untuk mendapatkan keturunan. Namun, masalah seksual dalam kehidupan rumah tangga seringkali mengalami hambatan atau gangguan karena salah satu pihak (suami atau isteri) atau bahkan keduanya, mengalami gangguan seksual. Jika tidak segera diobati, masalah tersebut dapat saja menyebabkan terjadinya keretakan dalam rumah tangga. Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila kita dapat mengenal organ reproduksi dengan baik sehingga kita dapat melakukan deteksi dini apabila terdapat gangguan pada organ reproduksi. Organ reproduksi pada wanita dibedakan menjadi dua, yaitu organ kelamin dalam dan organ kelamin luar. Organ kelamin luar memiliki dua fungsi, yaitu sebagai jalan masuk sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung organ kelamin dalam dari organisme penyebab infeksi. Saluran kelamin wanita memiliki lubang yang berhubungan dengan dunia luar, sehingga mikroorganisme penyebab penyakit bisa masuk dan menyebabkan infeksi kandungan salah satunya adalah radang yang terjadi akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus dan bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan-jaringan sekitarnya dan biasa disebut dengan adneksitis. Menurut (Winkjosastro,Hanifa.Hal.396,2007) prevalensi adneksitis di Indonesia sebesar 1 : 1000 wanita dan rata-rata terjadi pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual.Adneksitis bila tidak ditangani dengan baik akan menyebar keorgan lain disekitarnya seperti misalnya ruptur piosalping atau abses ovarium,dan terjadinya gejala-gejala ileus karena perlekatan, serta terjadinya appendisitis akuta dan salpingo ooforitis akuta. Maka dari itu sangat diperlukan peran tenaga kesehatan dalam membantu perawatan klien adneksitis dengan baik agar radangnya tidak menyebar ke organ lain dan para tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.Salah satu tenaga kesehatan yang dapat memberikan asuhan secara komprehensif yaitu bidan melalui asuhan kebidanan yang sudah dimilikinya. Beberapa peran bidan diantaranya yaitu peran bidan sebagai pengelola dimana bidan memiliki beberapa tugas salah satunya tugas kolaborasi. Didalam kolaborasi ini bidan harus menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga serta memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan tim medis lain. (Soepardan,Suryani.Hal 38.2008). Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kami akan membahas secara lebih dalam tentang adneksitis dan penatalaksanaannya dengan konsep asuhan kebidanan.

B.Rumusan Masalah
“Bagaimana penatalaksanaan klien adneksitis dengan konsep asuhan kebidanan secara komprehensif ?”

C.Tujuan
1.Tujuan umum
Tujuan umum dari kami mempelajari kasus ini adalah untuk mengaplikasikan konsep asuhan kebidanan secara komprehensif pada klien adneksitis.

2.Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian adneksitis.
b. Untuk mengetahui gejala dan tanda adneksitis.
c. Untuk mengetahui penyebab terjadinya adneksitis.
d. Untuk mengetahui patofisiologis dan penanganan adneksitis.
e. Untuk menerapkan asuhan kebidanan pada kasus adneksitis

D.Manfaat
Manfaat dari mempelajari kasus ini adalah :
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat mempeerluas khasanah ilmu dan keterampilan klinik yang lebih luas terutama dalam melakukan asuhan kebidanan pada klien dengan adneksitis.
2. Bagi klien dan keluarga
Dapat terpenuhi kebutuhan psikologis, sosial, spritual serta dapat meningkatkan tingkat status kesehatan dan dapat memberikan support bagi klien dan keluarga.
3. Bagi tenaga kesehatan
diharapkan agar dapat melakukan asuhan kebidanan dengan baik dan benar.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Adneksitis
Adneksitis atau Salpingo-ooforitis adalah radang pada tuba falopi dan radang ovarium yang terjadi secara bersamaan, biasa terjadi karena infeksi yang menjalar ke atas sampai uterus, atau akibat tindakan post kuretase maupun post pemasangan alat kontrasepsi (IUD) (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007). Adnexa atau salpingo-ooporitis terbagi atas :
1.Salpingo ooporitis akuta
Salpingo ooporitis akuta yang disebabkan oleh gonorroe sampai ke tuba dari uterus sampai ke mukosa. Pada gonoroe ada kecenderungan perlekatan fimbria pada ostium tuba abdominalis yang menyebabkan penutupan ostium itu. Nanah yang terkumpul dalam tuba menyebabkan terjadi piosalping. Pada salpingitis gonoroika ada kecenderungan bahwa gonokokus menghilang dalam waktu yang singkat, biasanya 10 hari sehingga pembiakan negative. Salpingitis akut banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau pada abortus septic ada juga disebabkan oleh berbagai tierti kerokan. Infeksi dapat disebabkan oleh bermacam kuman seperti streptokokus ( aerobic dan anaaerobic ), stafilokokus, e. choli, clostridium wechii, dan lain-lain. Infeksi ini menjalar dari servik uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritoneum pelvic. Disini timbul salpingitis interstitial akuta ; mesosalping dan dinding tuba menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa sering kali normal. Hal ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis gonoroika, dimana radang terutama terdapat pada mukosa dengan sering terjadi penyumbatan lumen tuba.( Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007).
2.Salpingo ooporitis kronika
Dapat dibedakan pembagian antara:
a. Hidrosalping
Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian dari epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan akibat retensi cairan tersebut dalam tuba. Hidrosalping sering kali ditemukan bilateral, berbentuk seperti pipa tembakau dan dapat menjadi sebesar jeruk keprok. Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping follikularis. Pada hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis, sedang hidrosalping follikularis terbagi dalam ruangan kecil.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
b.Piosalping
Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal yang berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan jaringan disekitarnya. Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit di tengah - tengah jaringan otot. (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
c.Salpingitis interstisialis kronika
Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit ditengah-tengah jaringan otot.Terdapat pula perlekatan dengan-dengan jaringan-jaringan disekitarnya, seperti ovarium, uterus, dan usus.(Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).

d.Kista tubo ovarial, abses tubo ovarial.
Pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium, sedang pada abses tubo ovarial piosalping bersatu dengan abses ovarium.Abses ovarium yang jarang terdapat sendiri,dari stadium akut dapat memasuki stadium menahun.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
e.Salpingitis tuberkulosa
Salpingitis tuberkulosa merupakan bagian penting dari tuberkulosis genetalis.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289,2007).
B.Etiologi (penyebab)
Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan perantara traktus genetalia. Radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh :
1. Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah.
2. Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya kuman-kuman.
(Djuanda Adhi, Prof. DR. Hamzah Mochtar, Dr. Aisah Siti,DR ; Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 1987, Hal. 103-106, 358-364).
Menurut (Djuanda Adhi,Hal 358-364,1987) Radang alat genetalia mungkin lebih sering terjadi di negara tropis, karena:
1. Hygiene belum sempurna.
2. Perawatan persalinan dan abortus belum memenuhi syarat-syarat.
3. Infeksi veneris belum terkendali.
Infeksi alat kandungan/genetalia dapat menurunkan fertilitas, mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu keadaan sex. Sebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi gonorroe dan infeksi puerperal dan postabortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul radang adnexa yang paling sering disebabkan oleh gonococcus, disamping itu oleh stapylococus, streptococcus, E.Coli, clostridoium welchi dan bakteri sebagai akibat tindakan kerokan, laparotomi, pemasangan IUD serta perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks (Sarwono.Wiknjosastro, Hanifa, Hal 287.2007). Ditemukan 1:1000 kasus operasi ginekologik abdominal,dapat dijumpai pada semua umur (dari 19-80 tahun),dengan rata-rata puncaknya pada usia 52 tahun dan terjadi pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual (Sarwono Winkjosastro, Hanifa. Hal 396. 2007).

C.Patofisiologi
1. Radang tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan. Radang itu kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan – jaringan sekitarnya.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa. Hal 287.2007).
2. Pada salpingo ooforitis akuta gonorea ke tuba dari uterus melalui mukosa. Pada endosalping tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan degenarasi epitel yang kemudian menghilang pada daerah yang agak luas dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa.Dalam hal yang akhir ini dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan menyebabkan peradangan di sekitarnya.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007).
3. Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritonium pelvik. Disini timbul salpingitis interstialis akuta, mesosalping dan dinding tuba menebal menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa seringkali normal. (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa Hal 287. 2007).


D.Tanda dan Gejala
1. Gambaran klinik salpingo ooforitis akuta ialah demam, leukositosis dan rasa nyeri disebelah kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang dijumpai terdapat pada kedua adneksa, setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak jelas dan nyeri tekan. Pada pemeriksaan air kencing biasanya menunjukkan sel-sel radang pada pielitis. Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan apabila defence musculaire tidak terlalu keras, dapat diraba nyeri tekan dengan batas nyeri tekan yang nyata.(Sarwono. Winkjosastro, Hanifa. Hal 288.2007).
2. Gejala – gejala salpingo ooforitis kronika tidak selalu jelas, penyakit bisa didahului oleh gejala – gejala penyakit akut dengan panas, rasa nyeri cukup kuat di perut bagian bawah, akan tetapi bisa pula dari permulaan sudah subakut atau menahun. Penderita pada umumnya merasa nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan, yang bertambah keras pada pekerjaan berat, disertai dengan penyakit pinggang. Haid pada umumnya lebih banyak dari biasanya dengan siklus yang sering kali tidak teratur, penderita sering mengeluh tentang dispareunia dan infertilitas dan dapat pula ditemukan dismenorea. ( Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
E.Komplikasi
Pembedahan pada salpingo-ooforitis akuta perlu dilakukan apabila:
1. Jika terjadi ruptur atau abses ovarium.
2. Jika terjadi gejala-gejala ileus karena perlekatan.
3. Jika terjadi kesukaran untuk membedakan antara apendiksitis akuta dan adneksitis akuta.
Gejala; nyeri kencing, rasa tidak enak di bawah perut, demam, ada lendir/bercak keputihan di celana dalam yang terasa panas, infeksi yang mengenai organ-organ dalam panggul/ reproduksi. Penyebab infeksi lanjutan dari saluran kencing dan daerah vagina.(Sarwono.Winkjosatro, Hanifa. Hal 288.2007).Selain itu komplikasi yang terjadi dapat berupa appendisitis akuta, pielitis akuta, torsi adneksa dan kehamilan ektopik yang terganggu. Biasanya lokasi nyeri tekan pada appendisitis akuta (pada titik Mac Burney) lebih tinggi daripada adneksitis akuta, akan tetapi apabila proses agak meluas perbedaan menjadi kurang jelas(Sarwono.Winkjosastro,Hanifa.Hal 288.2007).

F.Penatalaksanaan Medis
Terapi sederhana dapat dilakukan dengan duduk diantara 2 sujud, dua tangan dikepala dipinggang, tarik nafas tangan ke pangkal paha lalu badan bungkuk, tangan putar simpan di pantat bawah dan tahan nafas dada dan keluar nafas dihidung badan tegak tangan ke paha dan simpan dipinggang 30 menit. Jika penyakitnya masih dalam keadaan subakut, penderita harus diberi terapi dengan antibiotika dengan spektrum luas. Jika keadaan sudah tenang, dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan penderita dinasehatkan supaya jangan melakukan pekerjaan yang berat-berat. Dengan terapi ini biarpun sisa-sisa peradangan masih ada, keluhan-keluhan penderita seringkali hilang atau sangat berkurang. Sudah barang tentu perlekatan-perlekatan tetap ada dan ini menyebabkan bahwa keluhan-keluhan tidak dapat hilang sama sekali.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 290.2007).
Terapi operatif mempunyai tempat pada salpingo-ooforitis konika. Indikasi terapi ini adalah:
1.Apabila setelah berulang kali dilakukan terapi dengan distermi keluhan tetap ada dan mengganggu kehidupan sehari-hari.
2.Apabila tiap kali timbul reaktivisasi dari proses radang.
3.Apabila ada tumor disebelah uterus dan setelah dilakukan beberapa seri terapi diatermi tuor tidak mengecil, sehingga timbul dugaan adanya hidrosalping, piosalping, kista tubo-ovarial dan sebagainya.
4.Apabila ada infertilitas yang sebabnya terletak pada tuba, dalam hal ini sebaiknya dilakukan laparoskopi dahulu untuk mengetahui apakah ada harapan yang cukup besar bahwa dengan pembedahan tuba dapat dibuka dengan sempurna dan perlekatan dapat dilepaskan.
Terapi operatif kadang-kadang mengalami kesukaran berhubung dengan perlekatan yang erat antara tuba/ ovarium dengan uterus, omentum dan usus, yang memberi harapan yang terbaik untuk menyembuhkan penderita ialah operasi radikal, terdiri atas histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral. Akan tetapi, hal ini hanya dapat dilakukan pada wanita yang hampir menopause. Pada wanita yang lebih muda satu ovarium untuk sebagian atau seluruhnya perlu ditinggalkan, kadang-kadang uterus harus ditinggalkan dan hanya adneksa dengan kelainan yang nyata diangkat. Jika operasi dilakukan atas dasar indikasi infertilitas, maka tujuannya adalah untuk mengusahakan supaya fungsi tuba pulih kembali. Perlu dipikirkan kemungkinan diadakan in vitro fertilization.

Terapi pada salpingo-ooforitis akuta bisa juga dilakukan dengan istirahat baring, perawatan umum, pemberian antibiotika dan analgetika. Dengan terapi tersebut penyakit menjadi sembuh atau menahun. Jarang sekali salpingo-ooforitis akuta memerlukan terapi pembedahan.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 290.2007)


BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY.SDL

Tanggal Pengkajian : 15 Juni 2009. RMK : 02.01.68.
Tempat Praktik : RS.Sari Mulia Banjarmasin Kamar : KLS III A Ruang : Merpati


I.Pengumpulan Data
A.Data Subjektif
1.Identitas
Nama : Ny.SDL.
Umur : 24 Thn.
Agama : Islam.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia.
Pekerjaan : Wiraswasta.
Alamat : Jl.Bumi Mas V No.74
Banjarmasin.

Nama Penanggung Jawab : Ny. K.
Hubungan Klien : Saudara Kandung.
Agama : Islam.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia.
Pekerjaan : Wiraswasta.
Alamat : Jl. Bumi Mas V No. 74
Banjarmasin.


2.Keluhan Utama
Ibu mengatakan sudah 2 bln ini merasakan nyeri diperut bagian bawah (bagian kanan dan kiri uterus) terutama bila bekerja yang berat-berat,sering keputihan dan demam.

3.Riwayat Menarche
a. Menarche Umur : 13 Thn.
b. Siklus : 28 Hari.
c. Teratur/tidak : Tidak teratur.
d. Lamanya : 6-7 Hari.
e. Banyaknya : 3-4 x/ganti pembalut.
f. Dismenorea : Kadang-kadang.

4. Riwayat Ginekologi
a. Perdarahan diluar haid :
Tidak Ada.
b. Riwayat keputihan :
Selama 2 bulan terakhir ini ibu mengeluhkan sering mengalami
keputihan berwarna putih susu, kadang-kadang banyak, tidak berbau,
tidak gatal.
c. Riwayat adanya massa, tumor pada payudara dan alat kandungan :
Tidak Ada.
d.Riwayat perdarahan setelah berhubungan badan :
Tidak Ada.


B.Data Subjektif
1.Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Klien tampak kesakitan dan cemas
Kesadaran : Compos Mentis.
Tanda – tanda vital : TD : 110/70 mmHg.
T : 36,5 C.
Nadi : 78 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit.
2.Pemeriksaan Khusus
Kepala : Pertumbuhan rambut merata,rontok dan berketombe.
Muka : Tampak pucat.
Mata : Konjungtiva anemis,sklera tidak ikterik.
Telinga : Tidak terdapat serumen.
Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung dan tidak ada polip.
Mulut : Bibir tampak pucat.
Dada : Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada jaringan parut,
mamae simetris.
Palpasi : Tidak ada massa,tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : -
Auskultasi : -
Perut : Inspeksi : Tidak terdapat jaringan parut.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah sampai ke pinggang.
Perkusi : Perut terasa kembung.
Auskultasi : Terdengar bunyi bising usus 10x/menit.
Tungkai : Terdapat varises.


3.Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
HASIL LABORATORIUM
Pemeriksaan Metode Hasil Normal Satuan
Hematologi
Hemoglobin Automatic 12,8 11,5 - 15,5 gr/dL
Leukosit 6200 4000 – 11000 /mm3
Laju Endapan Darah ESR 3000 18 < 20 mm/jam
Hematokrit 38,8 35 – 45 %
Trombosit 213.000 150.000-350.000 /mm3
PT & APTT
PT 13,9 10,5 - 14,5 Detik
APTT 31,5 23,2 - 31,4 Detik

b. Rontgen : -
c. CT Scan : -
Hasil USG
Mc burney tak terdapat appendik.
Uterus normal 56 mm.
Cairan bebas (-).
Ren (d)(s) normal.
Hepar normal lien 82 mm.
Biller normal.
USG Normal.
d.USG


II.INTERPRETASI DATA
1.Diagnosa Kebidanan : Ibu dengan Adneksitis kronik.
2.Masalah : Nyeri di perut bagian bawah(bagian kiri dan kanan uterus) dan demam.
3.Kebutuhan : a) Beri kompres hangat pada perut bagian bawah diatas simfisis pubis untuk mengurangi rasa sakit.
b) Kolaborasi dalam pemberian analgetik antarin 3x1 amp(Diberikan secara IV).
c) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik amoxan 3x1 gr ,gentamicin 2x80 gr,inf.mitronidazole.
3x500 mg (diberikan secara IV).

III.DIAGNOSA POTENSIAL
Appendisitis akuta, pielitis akuta, torsi adneksa, dan kehamilan ektopik yang terganggu.
DIAGNOSA PERENCANAAN PELAKSANAAN EVALUASI
Hari ke- I (15 JUNI 2009)
Pasien mengeluh sakit diperut bagian bawah dan demam. 1.Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan.
2.Berikan ibu kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit.
3.Berikan ibu analgetik.
4.Beritahu ibu tentang penyakitnya.
5.Beritahu ibu penyebab keluhan yang dirasakan.
6. Anjurkan ibu untuk istirahat.
7.Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan selanjutnya. 1.Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan yaitu: TD: 110/70mmHg, T: 36,7 C, Nadi: 78x/menit, Respirasi: 20x/menit.
2.Memberikan kompres hangat kepada ibu untuk mengurangi rasa sakit.
3.Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri dan demam ibu yaitu antrain 3x1 gr (IV).
4.Memberitahu ibu penyakit yang dideritanya sekarang adalah adneksitis kronis.
5.Memberitahu ibu bahwa keluhan yang dirasakan adalah akibat infeksi pada daerah uterus.
6.Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
7.Berkolaborasi dengan tim medis untuk tindakan selanjutnya. 1.Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan.
2.Rasa sakit ibu sedikit berkurang setelah diberikan kompres hangat.
3.Rasa nyeri dan demam yang dirasakan ibu berangsur-angsur pulih.
4.Ibu telah mengerti bahwa keluhan yang dirasakan adalah akibat infeksi pada daerah uterus.
5.Ibu berjanji untuk istirahat yang cukup.
6.Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan selanjutnya telah dilaksanakan, kolaborasinya berupa memberikan cairan elektrolit Rl dengan 12 tts/mnt,inj.Amoxan 3x1 gr,Gentamisin 2x80 mg,Inf.mitronidazole 3x500mg.(diberikan secara IV).
Hari ke-2 (16 JUNI 2009)
Pasien mengeluhkan muntah,tidak bisa makan dan minum,pusing,sakit area abdomen apalagi kalau banyak gerak. 1.Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan.
2.Berikan ibu kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit.
3.Anjurkan ibu untuk istirahat.
4.Anjurkan ibu untuk makan sedikit-sedikit tapi sering.
5.Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan selanjutnya. 1.Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan TD: 100/70mmHg, T: 36,5 C, Nadi: 80x/menit, Respirasi: 20x/menit.
2.Memberikan kepada ibu kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit.
3.Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
4.Menganjurkan ibu untuk makan sedikit-sedikit tapi sering untuk mencegah muntah.
5 Berkolaborasi dengan tim medis untuk tindakan selanjutnya. 1.Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan.
2.Ibu merasa sakitnya berkurang setelah diberi kompres hangat.
3.Ibu berjanji akan istirahat yang cukup.
4. Ibu berjanji akan makan sedikit-sedikit tapi sering.
5.Berkolaborasi dengan tim medis lainnya untuk tindakan selanjutnya, kolaborasi yaitu dengan memberikan Inf. RL 20tts/menit,Inj.Amoxan 3x1 gr,Gentamicin 2x80 mg,Inf Mitronidazole 3x500 mg (Diberikan secara IV).


.Hari ke 3 (17 JUNI 2009)
Masih nyeri di perut bagian bawah dan agak sedikit mual,sampai tidak bisa makan. 1.Jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan.
2.Berikan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri.
3.Berikan obat anti nyeri dan obat untuk menghilangkan rasa mual.
4.Anjurkan ibu untuk meminum obatnya secara teratur.
5. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
6.Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan selanjutnya. 1.Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan,yaitu TD: 100/70 mmHg, T: 36,5 C, Nadi: 80x/menit, Respirasi: 23x/menit.
2.Memberikan kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit.
3.Memberikan obat anti nyeri injeksi Antrain 3x1 amp (diberikan secara IV),dan obat untuk menghilangkan rasa mual PO: Magalat syrup 3x1 SM.
4.Menganjurkan ibu untuk meminum obat yang sudah diberikan dokter secara teratur.
5.Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
6. Berkolaborasi dengan tim medis yang lain untuk tindakan selanjutnya. 1.Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan yang dijelaskan.
2.Ibu mengatakan bahwa nyeri sedikit berkurang setelah diberi kompres hangat.
3.Obat anti nyeri dan obat untuk menghilangkan rasa mual sudah diberikan.
4.Ibu berjanji akan meminum obatnya secara teratur.
5.Ibu berjanji akn istirahat yang cukup.
6.Kolaborasi dengan tim medis sudah dilakukan yaitu dengan memberikan Inf RL 12 tts/menit,Inj Amoxan 3x1 gr,Gentamicin 2x80 gr, Antrain 3x1 amp (diberikan secara IV).

Hari ke 4 (18 JUNI 2009)
Pasien masih merasa mual, pusing. 1.Jelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien.
2. Berikan obat untuk menghilangkan rasa mual.
3.Anjurkan kepada ibu untuk puasa sebelum dilakukan USG.
4.Anjurkan ibu untuk istirahat.
5.kolaborasi dengan tim medis lain seperti dengan bagian radiologi untuk USG dan bagian laboratorium untuk periksa darah. 1.Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien yaitu TD: 110/70 mmHg, T: 36,5 C, Nadi: 80x/menit, Respirasi: 22x/menit
2.Memberikan obat PO:Magatral 3x1 SM.
3.Menganjurkan ibu untuk puasa untuk persiapan sebelum dilakukan USG.
4.Menganjurkan ibu untuk istirahat.
5.Berkolaborasi dengan tim medis lainnya seperti dengan bagian radiologi untuk USG dan bagian laboratorium untuk memeriksa darah.

1.Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan.
2.Obat untuk mengurangi rasa mual sudah diberikan.
3.Ibu bersedia untuk puasa.
4.Ibu bersedia untuk istirahat.
5.Kolaborasi telah dilakukan untuk USG hasilnya normal dan untuk hasil LAB normal.

Hari ke 5 (19 JUNI 2009)
Ibu sudah merasa sehat dan sudah tidak merasa nyeri lagi. 1.Beritahu ibu bahwa hari ini dia sudah sehat dan sudah bisa pulang.
2.Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu. 1.Memberitahu ibu bahwa dia sudah sehat dan sudah bisa pulang.
2.Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa semuanya normal. 1.Ibu sangat senang karena sudah sehat dan membaik dan sudah diijinkan pulang.
2. Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan yang sudah dijelaskan.

IV.TINDAKAN SEGERA
1.Memberikan kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit.
2 Kolaborasi memberikan analgetik antrain 3x1 gr (cara pemberian IV).
3 Kolaborasi memberikan antibiotik amoxan 3x1 gr (IV),gentamicin2x80
gr(IV).

BAB IV
PEMBAHASAN

Dari tinjauan kasus diatas didapatkan bahwa Klien Ny. SDL, seorang wanita dengan keluhan nyeri cukup kuat di perut bagian bawah disertai dengan demam, rasa nyeri bertambah keras pada saat melakukan pekerjaan yang berat-berat dan disertai dengan sakit pinggang dan keputihan hal itu dikategorikankan kedalam golongan adneksitis kronika (salpingo ooforitis kronika). Hal ini sesuai dengan teori (Sarwono.Wiknjosastro, Hanifa.Hal 289.2007) yang menyatakan bahwa wanita dengan gejala – gejala penyakit akut dengan panas, rasa nyeri cukup kuat di perut bagian bawah. Pada umumnya penderita merasa nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan, yang bertambah keras pada pekerjaan berat, disertai dengan sakit pinggang ,haid tidak teratur dan sering keputihan.
Penyebab dari adneksitis kronika itu sendiri itu adalah infeksi gonorroe, infeksi puerperal dan postabortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul radang adnexa yang paling sering disebabkan oleh gonococcus, disamping itu oleh stapylococus, streptococcus, E.Coli, clostridoium welchi dan bakteri sebagai akibat tindakan kerokan, laparotomi, pemasangan IUD serta perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks (Sarwono. Wiknjosastro, Hanifa.Hal 287.2007). Yang perlu kita ketahui bahwa adneksitis hanya terjadi pada wanita yang sudah menikah atau pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Untuk kasus yang kita angkat ini diterangkan bahwa ibu dengan inisial Ny.SDL status nya adalah sudah menikah. Pada kasus ini kemungkinan besar bahwa infeksi disebabkan oleh infeksi hal ini dapat didasarkan pada seringnya ibu terkena keputihan dan haid yang tidak teratur sejak 2 bulan terakhir .
Untuk penatalaksanaan medis terapi yang dapat diberikan adalah dengan memberikan pasien kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit. Selain itu dapat pula dilakukan dengan istirahat baring, perawatan umum, pemberian antibiotika dan analgetika. Dengan terapi tersebut penyakit menjadi sembuh atau menahun. Jarang sekali salpingo-ooforitis akuta memerlukan terapi pembedahan (Winkjosastro,Hanifa.Hal 288.2007). Pada kasus adneksitis kronika yang diderita oleh Ny.SDL terapi yang diberikan adalah pemberian antibiotik jenis Amoxan 3x1 amp, Gentamicin 2x80 gr, dan infus Mitronidazole 3x500 gr (diberikan secara IV) dan analgetika jenis Antrain 3x1 amp (Diberikan secara IV), perawatan umum. Selain itu pasien dianjurkan untuk istirahat baring. Jika keadaan sudah tenang, dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan penderita dinasehatkan supaya jangan melakukan pekerjaan yang berat-berat. Hal ini sesuai dengan teori (Menurut Sarwono. Winkjosastro,Hanifa.Hal 288.2007), yang menyatakan bahwa untuk penatalaksanaan medis terapi yang dapat diberikan adalah dengan memberikan pasien kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit. Selain itu dapat pula dilakukan dengan istirahat baring, perawatan umum, pemberian antibiotika dan analgetika.Dengan terapi ini biarpun sisa-sisa peradangan masih ada, keluhan-keluhan penderita seringkali hilang atau sangat berkurang. Sudah barang tentu perlekatan-perlekatan tetap ada dan ini menyebabkan bahwa keluhan-keluhan tidak dapat hilang sama sekali (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 290.2007).
Adapun komplikasi dari salpingo ooforitis bila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan terjadinya ruptur piosalping atau sbses ovarium, gejala – gejala ileus karena terjadi perlekatan, appendisitis akuta apendisitis akuta, pielitis akuta, torsi adneksa dan kehamilan ektopik yang terganggu. Pada Ny.SDL komplikasi tersebut tidak terjadi hal ini karena terapi yang diberikan sudah tepat dan sesuai sehingga ketika dilakukan USG untuk melihat organ lain disekitarnya hasilnya normal.

HEMOROID


HEMOROID
A. Definisi Wasir / Ambeien / Hemoroid
Wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus di mana bibir anus mengalami bengkak yang kadang disertai pendarahan. Penyakit ambeien ini tidak hanya memberikan rasa sakit kepada pada penderitanya, tetapi juga memberikan rasa minder dan malu karena mengidap penyakit ambeien.
Pada penderita wasir umumnya sulit untuk duduk dan buang air besar karena terasa sakit apabila bibir anus atau sphinchter anus mendapat tekanan. Pada penderita wasir parah terkadang sulit diobati sehingga bisa diberi tindakan operasi pengangkatan wasir yang bisa memberi efek samping yang terkadang tidak baik. Oleh sebab itu wasir perlu diwaspadai dan ditangani dengan baik agar mudah diobati.
Jangan acuhkan dan remehkan penyakit wasir yang anda derita karena anda bisa dibuat menderita seumur hidup oleh wasir yang tidak ditanggulangi dengan baik sampai ke akar-akarnya. Selamat membaca artikel wasir dari organisasi.org semoga anda yang menderita wasir dapat segera sembuh.
B. Jenis-Jenis / Macam-Macam Wasir / Homoroid / Ambeyen
Wasir atau ambeien ada dua macam, yaitu wasir dalam dan wasir luar. Pada wasir dalam terdapat pembuluh darah pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani bisa terlihat muncul menonjol ke luar seperti wasir luar.
Gejala wasir dalam adalah suka ada darah yang keluar dari anus saat bab / buang air besar. Jika sudah parah bisa menonjol keluar dan terus membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil tindakan operasi untuk membuang wasir.
Wasir luar merupakan varises di bawah otot yang umumnya berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak kebiruan pada pinggir anus yang terasa sakit dan gatal.
C. Hal-Hal / Faktor Pemicu Yang Menyebabkan atau Penyebab Wasir / Ambeien / Hemoroid
Wasir dapat diakibatkan oleh hal-hal berikut di bawah ini sehingga perlu diwaspadai dan dihindari :
1. Terlalu banyak duduk
2. Diare menahun
3. Kehamilan ibu hamil yang diakibatkan perubahan hormon
4. Keturunan penderita wasir
5. Hubungan seks yang tidak lazim
6. Penyakit yang membuat mengejan penderita
7. Sembelit / konstipasi / obsitpasi menahun
8. Penekanan kembali aliran darah vena, dll.
D. Ciri Khas / Gejala Penyakit Wasir / Ambeien / Hemoroid
Sebelum parah sebaiknya kita mengenal seperti apa penyakit wasir ada awal mulanya sehingga kita bisa obati sedini mungkin. Biasanya penderita akan mengalami pendarahan dubur dengan warna darah merah muda yang menetes atau mengalir lewat lubang dubur / anus. Penderita juga akan merasa ada ganjalan pada anus ketika bab sehingga penderita akan ngeden / mengejan yang bisa memperparah wasirnya. Selain itu biasanya anus akan terasa gatal akibat virus dan bakteri yang membuat infeksi.
E. Mengatasi, Mengobati & Menyembuhkan Wasir / Ambeyen / Hemoroid
Untuk menghilangkan wasir secara total sebaiknya anda menjalankan beberapa tips menyembuhkan wasir serta melakukan konsultasi dengan dokter.
1.   Jalankan pola hidup sehat
2. Olah raga secara teratur
3. Makan makanan berserat
4. Hindari terlalu banyak duduk atau nongkrong di wc / toilet
5. Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll
6. Jangan melakukan aktivitas hubungan seks yang tidak wajar
7. Minum air yang cukup
8. Jangan menahan kencing dan berak
9. Jangan suka menggosok dan menggaruk dubur berlebihan
10. Jangan mengejan / mengeden / ngeden berlebihan
11. Jika tidak ingin pup / bab jangan dipaksa
12. Duduk berendam pada air yang hangat
13. Minum obat sesuai anjuran dokter
Pengobatan Hemoroid / Wasir
Biasanya, wasir tidak membutuhkan pengobatan kecuali bila menyebabkan gejala.
Obat pelunak tinja atau psilium bisa mengurangi sembelit dan peregangan yang menyertainya.
Suntikan skleroterapi diberikan kepada penderita wasir yang mengalami perdarahan. Dengan suntikan ini, vena digantikan oleh jaringan parut.
Wasir dalam yang besar dan tidak bereaksi terhadap suntikan skleroterapi, diikat dengan pita karet. Cara ini, disebut ligasi pita karet, meyebabkan wasir menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit.
Pengobatan ini dilakukan dengan selang waktu 2 minggu atau lebih. Mungkin diperlukan 3-6 kali pengobatan.
Wasir juga bisa dihancurkan dengan menggunakan laser (perusakan laser), sinar infra merah (fotokoagulasi infra merah) atau dengan arus listrik (elektrokoagulasi).
Pembedahan mungkin digunakan bila pengobatan lain gagal.

OBAT HEMOROID

Obat pencernaan golongan ini untuk permasalahan pada anus yaitu hemoroid/wasir atau luka.
Kandungan obat hemoroid / wasir di Indonesia bisa dijabarkan sebagai berikut :
  1. Polidocanol
Polidocanol untuk wasir / hemoroid dalam bentuk sediaan injeksi (ampul).
  1. Senyawa bismuth dan kombinasinya
Terdapat kombinasi dengan Hydrokortison, sediaan obat wasir ini biasa dalam bentuk suppositoria.
  1. Ekstrak tumbuh-tumbuhan
Banyak zat berkhasiat dari ekstrak tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk mengurangi gejala penyakit. Seperti : Graptophyllum pictum, Sophora japonica , Rubia cordifolia , Coleus atropurpureus , Sanguisorba officinalis , Kaemferiae angustifoliae , Curcuma heyneanae
Ada yang dalam bentuk kapsul untuk oral maupun dalam bentuk suppositoria dan salep untuk pemakaian luar.
  1. Senyawa flucortolone dan kombinasinya
Sediaan yang tersedia untuk obat wasir dengan kandungan zat aktif ini adalah suppositoria dan krim untuk pemaakian lokal.
Selain obat di atas juga ada kombinasi lainnya senyawa alumunium, senyawa zink, hydrokortison dan lidokain dalam bentuk krim.
Pada obat ini Lidokain berfungsi untuk menghilangkan rasa tidakenak/sakit karena bersifat bius lokal.
Bila wasir dengan bekuan darah menyebabkan nyeri, maka bisa diobati dengan cara:
  • duduk berendam dalam air hangat
  • mengoleskan salep obat bius lokal
  • pengompresan dengan kemiri.
Nyeri dan pembengkakan biasanya akan berkurang beberapa saat kemudian, dan bekuan menghilang setelah 4-6 minggu.
Pilihan lainnya adalah memotong vena dan mengeluarkan bekuan, yang dengan segera akan mengurangi nyeri.
Ini kabar baik bagi para penderita wasir alias ambeien, atau hemoroid. Mereka yang dulu takut harus menjalani operasi pengangkatan wasir, kini bisa memilih cara penyembuhan non-operasi yang lebih ramah.
Bila mendengar kata operasi (pembedahan), yang terlintas dalam pikiran penderita wasir adalah kilatan pisau yang menakutkan. Belum apa-apa sudah ngeri membayangkan peralatan tajam ini beraksi merobek dan mengaduk-aduk bagian tubuh. Bagi pasien, ini merupakan bagian dari perjuangannya dalam upaya menyingkirkan gumpalan di “kutub selatan”-nya. Itulah sebabnya, banyak penderita hemoroid segan menjalani pembedahan. Kalau masih memungkinkan, penderita wasir tentu akan memilih cara penanganan lain.
Anus juga harus diperbaiki
Hemoroid merupakan pelebaran pembuluh darah di bawah selaput lendir anus (flexus hemorrhoidal) menjadi semacam benang kusut sehingga membentuk gumpalan atau benjolan. Kebanyakan hemoroid ini terjadi di dalam sehingga disebut haemorrhoid interna. Karena letaknya di dalam inilah yang sering merepotkan penderitanya. Sedangkan wasir yang terjadi di luar atau haemorrhoid externa jumlah kasusnya hanya sedikit, sekitar 5 -7%.
Menurut konsep kedokteran Barat, terjadinya hemoroid disebabkan karena terhambatnya aliran mudik darah menuju jantung, sehingga pembuluh darahnya melebar.
Sedikit berbeda dengan pengertian di atas, konsep kedokteran Timur menjelaskan bahwa terjadinya hemoroid bukan semata-mata ada hambatan backflow, tapi karena struktur anusnya juga salah. Ini didukung oleh penelitian, yang menyatakan 90% wasir disebabkan oleh faktor keturunan. Karena adanya faktor keturunan, berarti struktur anus itu yang salah.
Pada anus terdapat otot lingkar yang mencengkeram terus selama 24 jam. Ia hanya berelaksasi ketika ada rombongan kotoran hendak berangkat ke “dunia” baru. Diduga, wasir terjadi karena ada bagian yang lemah dari struktur anus pencengkeram itu. “Karena itu, dalam mengobati wasir, tidak cukup dengan mengobati wasirnya, tapi kontraksi otot anusnya pun harus diperbaiki,” ungkap dr. Niko M. Manaf, ahli bedah digestif RS. Kartika, Polumas, Jakarta.
Kondisi hemoroid dibedakan atas 4 tingkat. Tingkat pertama, hanya terjadi perdarahan dengan rasa gatal. Tingkat kedua, terjadi perdarahan disertai rasa sakit dan munculnya benjolan kecil yang belum mengganggu proses buang air besar. Tingkat ketiga, adanya perdarahan dengan benjolan yang keluar sesudah buang air besar, tetapi dapat masuk sendiri. Tingkat keempat ditandai dengan benjolan yang nongol setelah buang hajat tidak dapat masuk sendiri, sehingga harus dibantu untuk memasukkannya kembali. Bahkan, dr. Niko M. Manaf menambahkan gradasi kelima, yakni ketika benjolan tidak dapat didorong masuk kembali. Ini terjadi lantaran adanya proses fibrosis (pengerasan) atau pembentukan thrombosis (pembekuan darah). Pada tingkat ini penderita biasanya sangat kesakitan.
Perbedaan tingkatan hemoroid inilah yang kemudian membedakan cara penanganannya. Untuk kasus ringan biasanya cukup dikendalikan dengan minum, makan menu tinggi serat, dan buang hajat secara rutin. Krim mengandung obat kortikosteroid dan bahan anestetik lokal dapat mengurangi pembengkakan dan nyeri. Namun, kemungkinan munculnya kembali hemoroid masih terbuka lebar.
Ambeien yang lebih berat bisa diatasi dengan cara pengikatan bagian yang bengkak dengan karet agar “mati” dan lepas dengan sendirinya. Namun, cara pengikatan pangkal hemoroid ini sudah sangat ketinggalan zaman dan hanya kalangan terbatas yang masih mempraktikkan. Keberhasilannya pun tidak bisa dijamin, bahkan seringkali menimbulkan infeksi yang menyiksa atau perdarahan yang luar biasa. Sampai saat ini, “Satu-satunya terapi terbaik adalah mengangkat benjolan itu,” jelas dr. Niko. Teknik operasinya beragam. Bisa dengan cara konvensional, cryosurgery (operasi ekstradingin), atau bisa pula dengan operasi menggunakan sinar laser. Setelah operasi, “Pembuluh darah baru akan terbentuk. Tapi, yang baru pun kalau hambatannya masih ada, hemoroid akan muncul lagi,” tambahnya. Menurut dia, dengan operasi angka kambuhnya mencapai 60% dalam tempo setahun dan 70 – 80% dalam waktu 2 tahun.
Pengikatan arteri
Kalau segan atau takut menjalani operasi, penderita bisa pula memilih tindakan non-operasi. Di antaranya, yang cukup modern dan sudah diterima di dunia kedokteran adalah sclerotherapy (penyuntikan cairan iritan). Dengan cara ini pembuluh darah yang membengkak akan mengalami pengkerutan. Atau, dengan metode Transproctoscopie Doppler Ultrasound Haemorrhoidal Artery Ligation (TDUHAL) yang sudah banyak dikembangkan di Australia. Pelaksanaan metode ini cukup sederhana; pasien hanya menjalani tindakan pengikatan pembuluh darah arteri yang mengarah ke pembengkakan ambeien.
Ciri khas metode TDUHAL adalah dipergunakannya alat bantu doppler
Ciri khas metode TDUHAL adalah dipergunakannya alat bantu doppler ultrasoundbeserta perlengkapan pendukungnya. Pada peralatan canggih dan mahal ini terdapat doppler transducer, semacam sensor yang dilengkapi pengeras suara. Dengan bantuan alat ini, dokter bisa mendengarkan suara detak nadi sehingga bisa diketahui arteri mana yang bermasalah. Di depan doppler transducer, terdapat jendela kecil dan lampu. Dari lubang inilah dokter melakukan pengikatan pada arteri bermasalah tadi. Titik pengikatan kira-kira 10 cm dari anus.
Dengan terapi pendahuluan berupa pemberian obat penenang agar tidak gelisah, tindakan ini hanya memerlukan waktu 15 menit ditambah untuk pemulihan akibat obat penenang selama sekitar 30 menit. “Pembiusan tidak diperlukan dan rasa nyeri relatif tidak terlalu mengganggu,” jelas dr. Henry Santoso, ahli bedah Procto Center Indonesia (PCI) yang mempraktikkan metoda TDUHAL.
Menurut Nur Damnur (56) yang ditemui Intisari usai menjalani tindakan TDUHAL, penanganan ambeien dengan cara ini tidak menimbulkan rasa sakit berarti. “Ya, waktu alat (doppler, Red.) dimasukkan saja yang terasa sedikit sakit. Setelah masuk, saya tidak merasakan apa-apa. Tahu-tahu sudah selesai,” ujarnya.
Pasca tindakan tidak diperlukan perawatan khusus. Pasien tidak perlu menjalani rawat inap. Dia hanya diberi obat antibiotika, obat antinyeri, obat hemoroid (anusol), dan obat pencahar untuk melembekkkan kotoran. “Obat antinyeri diberikan karena ambang nyeri tiap orang berbeda-beda. Obat ini cuma diminum bila terasa nyeri. Sedangkan anusol diberikan untuk menyusutkan pembengkakan yang terjadi di sekitar pengikatan.”
Dengan dilakukannya pengikatan arteri, hemoroid tidak lagi mendapat pasokan darah. “Menurut teori, dua minggu setelah pengikatan, pembuluh darah akan mati,” tutur dr. Henry yang mendapat pelatihan metode ini di Korea Selatan. Karena itu, lama-kelamaan benjolan akan menyusut, bukan hilang. Tingkat keberhasilan metoda ini sekitar 80%.
Menurut Bambang Budiono (41), yang telah menjalani tindakan TDUHAL satu setengah tahun lalu, kini ambeiennya sudah mengecil. Padahal, ketika menjalani tindakan TDUHAL hemoroidnya sudah mencapai tingkat kedua.
Dr. Henry menambahkan, metoda TDUHAL paling baik untuk menangani hemoroid sampai tingkat ketiga. Makin parah ambeien yang diderita pasien, makin banyak pengikatan yang dilakukan. Sedangkan untuk tingkat keempat, dr. Henry tetap menyarankan tindakan operasi yang dipilih. “Namun, kalau pasien masih bersikeras tidak mau dioperasi, dengan alasan tertentu, metode TDUHAL masih bisa dicoba. Kadang-kadang, tindakannya tidak bisa dilakukan hanya sekali, melainkan sampai dua atau tiga kali. Hasilnya pun cukup bagus,” tambahnya.
Penyuntikan wasir dan otot anus
Pengobatan wasir akan sedikit berbeda kalau konsep kedokteran Timur yang digunakan. Berdasarkan konsep kedokteran ini, ada metode penanganan ambeien yang lebih menjanjikan, yakni dengan injeksi obat wasir. Yang disuntik dalam metode yang pertama kali digunakan pada tahun 1993 ini bukan cuma wasirnya, tapi juga otot anusnya. Tujuannya agar otot anus bisa mencengkeram dengan baik dan merata di seluruh bagian.
Macam obatnya cukup banyak, tergantung tingkat keparahan ambeiennya. Makin parah tingkatan penyakitnya, diperlukan kualitas obat wasir yang makin bagus. Dengan obat yang lebih bagus, perbaikan yang terjadi akan lebih baik. Obat ini akan berada di bagian yang disuntikkan sekitar 2 minggu. “Selama dua minggu itu dia memperbaiki struktur otot
anus. Dia akan memperbaiki kontraksinya, membentuk aliran darah baru, dan menghilangkan varisesnya. Wasirnya tidak mengkerut melainkan mencair dan diserap tubuh,” jelas dr. Niko.
Diharapakan, dengan sekali tindakan, wasir tidak kambuh lagi. “Seperti dikatakan oleh penemu obat wasir ini, sekali suntik untuk seumur hidup. Mudah-mudahan begitu. Saya sudah menolong ribuan orang, hasilnya kira-kira seperti itu,” ujar dr. Niko. Tingkat kegagalannya diperkirakan cuma 2%. “Yang tidak berhasil itu karena tidak mengikuti petunjuk. Umpamanya hari ini disuntik, beberapa jam kemudian pulang ke Bali dengan kereta api, sehingga mekanisme pengobatannya tidak jalan,” ungkapnya.
Menurut Niko, selain tidak memberikan efek sampingan, metode ini juga bisa diterapkan untuk semua tingkat ambeien. Bila telah mencapai tingkat kelima (pembagian tingkatan hemoroid dr. Niko), penanganan wasir perlu disertai tindakan operasi ringan yang bersifat korektif di lingkaran anus.
Namun, apa pun metoda penyembuhan ambeien yang dipilih, menurut dr. Niko, tidak akan berarti bila tidak disertai perubahan pola makan, olahraga, perilaku ke belakang. Pasalnya, peluang munculnya kembali penyakit yang telah disingkirkan tadi cukup erat dengan pola hidup yang dijalani. Dalam pengaturan pola makan, perlu menyertakan sayur-sayuran dan buah-buahan dalam jumlah cukup, serta meningkatkan makanan berserat tinggi. Olahraga dipilih yang memberikan beban ringan pada perut dan anus, seperti berenang. Jenis olahraga macam voli, basket, apalagi angkat besi, perlu dihindari. Saat bekerja, setelah duduk 3 – 4 jam sebaiknya berdiri untuk istirahat sambil berjalan. Lebih bagus lagi melakukan senam berdiri-jongkok, mengoyangkan pinggul, dan tarik-lepas napas. Perilaku buang hajat sebaiknya dilakukan secara teratur. Yang normal, sehari sekali. Diharapkan, dengan pola hidup macam ini tindakan penyembuhan wasir yang dipilih bisa memberi hasil yang baik untuk selamanya. (I Gede Agung Yudana)

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN POSTPARTUM BLUES

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN POSTPARTUM BLUES

POST PARTUM BLUES

A. Pendahuluan
Masa nifas merupakan masa 2 jam setelah lahirnya placenta sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka post partum adalah 2-6 jam, 2 – 6 hari, 2 jam – 6 minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari dan 6 minggu) (www.google.com)
Pengawasan dan asuhan post partum masa nifas sangat diperlukan yang tujuannya adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis, melaksanakan sekrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian immunisasi pada saat bayi sehat, memberikan pelayanan KB.
Gangguan-gangguan yang sering terjadi pada masa nifas berupa gangguan psikologis, seperti post partum blues, depresi post partum, depresi berat dan lain-lain.

B. Definisi
Post partum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga 10 hari sejak kelahiran bayinya.
Gejala-gejala post partum blues, sebagai berikut :
1. Cemas tanpa sebab
2. Menangis tanpa sebab
3. Tidak percaya diri
4. Tidak sabar
5. Sensitif, mudah tersinggung
6. Merasa kurang menyangi bayinya
7. Tidak memperhatikan penampilan dirinya
8. Kurang menjaga kebersihan dirinya
9. Gejala fisiknya seperti : kesulitan bernafas, ataupun perasaan yang berdebar-debar.
10. Ibu merasakan kesedihan, kecemasan yang berlebihan
11. Ibu merasa kurang diperhatikan oleh suami ataupun keluarga.

C. Etiologi
Ada beberapa hal yang menyebabkan post partum blues, diantaranya :
1. Lingkungan melahirkan yang dirasakan kurang nyaman oleh si ibu.
2. Kurangnya dukungan dari keluarga maupun suami.
3. Sejarah keluarga atau pribadi yang mengalami gangguan psikologis.
4. Hubungan sex yang kurang menyenangkan setelah melahirkan
5. Tidak ada perhatian dari suami maupun keluarga
6. Tidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua dimasa kanak-kanak atau remaja. Misalnya tidak mempunyai saudara kandung untuk dirawat.
Dengan kata lain para wanita lebih mungkin mengembangkan depresi post partum jika mereka terisolasi secara sosial dan emosional serta baru saja mengalami peristiwa kehidupan yang menakan.
Post partum blues tidak berhubungan dengan perubahan hormonal, bikimia atau kekurangan gizi. Antara 8% sampai 12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi sangat tertekan sehingga mencari bantuan dokter.

D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan disini adalah cara mengatasi gangguan psikologis pada nifas dengan post partum blues. Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah ini yaitu :
1. Dengan cara pendekatan komunikasi teraupetik
Tujuan dari komunikasi teraupetik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi.
b. Dapat memahami dirinya
c. Dapat mendukung tindakan konstruksi

2. Peningkatan support mental/dukungan keluarga dalam mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan masa nifas dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase, sebagai berikut :
a. Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu hanya pada dirinya sendiri, pengalaman selama proses persalinan sering berulang-ulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
b. Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah persalinan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidak mampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
c. Fase letting go, merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.

E. Pencegahan
Post partum blues dapat dicegah dengan cara :
1. Aanjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga untuk selalu memperhatikan si ibu
2. Menu makanan yang seimbang
3. Olah raga secara teratur
4. Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya.
5. Rencanakan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami
6. Rekreasi

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
DENGAN POST PARTUM BLUES, TERHADAP Ny. “IR” DI BPS BUNDA DELIMA WATES KEC. GADINGREJO KAB. TANGGAMUS

I. PENGUMPULAN DATA DASAR
A. Identitas/Biodata
Nama Ibu : Ny. IR Nama Suami : Tn. A
Umur : 26 tahun Umur : 28 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln. Raya SMAN 1 Alamat : Jln. Raya SMAN 1
Gading Rejo Gading Rejo

B. Anamnesa
Anamnesa tanggal 11 Agustus 2007
1. Keluhan utama
Ibu dengan P2A0 post partum 4 hari yang lalu mengatakan sulit tidur, cemas, tidak nafsu makan, perasaan tidak berdaya, tidak senang melihat bayinya, tidak perduli dengan bayinya dan tidak perduli dengan penampilan dan kebersihan dirinya.
2. Riwayat Persalinan saat ini
Anak lahir spontan pada hari senin tanggal 07 Agustus 2007 pukul 18.30 WIB
a. Kala I : Lamanya 4 jam 15 menit, jumlah perdarahan blood slym dan berlangsung normal.
b. Kala II : Pukul 15.30, persalinan spontan pervaginam, jenis kelamin perempuan, BB 3000 gram, PB 48 cm, Agar score 8/10, rupture perineum tidak ada, perdarahan 50 cc, lamanya 15 menit.
c. Kala III : Placenta lahir pada pukul 15.45. WIB dengan melakukan manajemen aktif kala III, berat placenta 500 gr, panjang tali pusat 30 cm, dengan jumlah perdarahan 250 cc, lamanya 15 menit.
d. Kala IV : Berlangsung normal, keadaan umum baik, kesadaran composmentis, kontraksi uterus baik, tidak ada nyeri tekan.
TD : 110/70 mmHg, RR : 20 x/mnt, Suhu 36,70C, Pols 80 x/mnt, Perdarahan 100 cc lamanya 2 jam.

3. Pola hidup sehari-hari
a. Nutrisi
Sebelum melahirkan : Sebelum perut ibu terasa mulas, ibu makan 3 x sehari dan minum 7-8 gelas/hari. Tapi setelah timbul rasa mulas nfasfu makan ibu berkurang, tetapi ibu banyak minum air putih.
Setelah melahirkan : Ibu makan 2 x sehari, dengan porsi makan ½ piring nasi, ¼ mangkuk sayur bening, 2 potong tempe, ibu tidak suka minum susu, nafsu makan berkurang, minum 6-8 gelas per hari.
b. Eliminasi
Sebelum melahirkan : Ibu biasanya BAB 1 x sehari, yaitu pada pagi hari, dan ibu mengatakan sering BAK.
Setelah melahirkan : Ibu mengatakan setelah melahirkan baru BAB 1 x, BAK 3-4 kali sehari, volumenya banyak dan warnanya jernih.
c. Istirahat
Sebelum melahirkan : Sebelum perut ibu terasa mulas ibu bisa tidur 6-7 jam/hari dan tidur siang 1 jam dalam sehari.
Setelah melahirkan : Ibu mengatakan sulit tidur dan tidak pernah tidur siang, ibu hanya tidur 3-4 jam/hari.
d. Aktifitas
Sebelum melahirkan : Ibu masih sanggup melakukan aktifitasnya termasuk mengurus segala keperluan rumah tangga, contohnya masak.
Setelah melahirkan : Saat ini ibu merasa masih perlu bantuan dalam melakukan aktifitasnya.
e. Personal hygiene
Sebelum melahirkan : Ibu mengatakan mandi 2 x sehari, ganti pakaian 2 x sehari dan cuci rambut 1 x sehari.
Setelah melahirkan : Ibu mengatakan mandi 1 x sehari, ganti pakaian 1 x sehari dan cuci rambut 1 x seminggu.
f. Ekstermitas
Simetris kanan dan kiri, tidak cacat, jari-jari lengkap, tidak ada varices dan oedem, kuku jari terlihat agak panjang dan kotor.


II. Interprestasi Data Dasar
A. Diagnosa
Ibu post partum 4 hari yang lalu dengan post partum blues
Dasar :
1. Ibu post partum tanggal 07 Agustus 2007 pukul 18.30 WIB
2. Ibu mengatakan sulit tidur, cemas, tidak nafsu makan, perasaan tidak berdaya, tidak senang melihat bayinya, tidak perhatian pada bayinya, dan tidak ada perhatian dengan penampilan dan kebersihan dirinya.

B. Masalah
1. Gangguan pemenuhan nutrisi
Dasar :
a. Ibu post partum tanggal 07 Agustus 2007 pukul 18.30 WIB
b. Ibu tidak nafsu makan
c. Ibu makan 2 x sehari dengan porsi ½ piring nasi, ¼ mangkuk sayur bening, 2 potong tempe, ibu tidak suka minum susu, dan nafsu makannya berkurang.

2. Gangguan pola istirahat
Dasar :
a. Ibu post partum tanggal 07 Agustus 2007 pukul 18.30 WIB
b. Ibu mengatakan sulit tidur dan tidak pernah tidur siang
c. Ibu hanya dapat tidur 3-4 jam/hari

3. Gangguan personal hygine ibu setelah post partum
Dasar :
a. Ibu tidak ada perhatian dengan penampilan dan kebersihan dirinya
b. Ibu tidak memperhatikan keadaan dan kebersihan bayinya
c. Ibu mandi 1 x sehari
d. Ibu tidak mampu merawat dirinya dan bayinya
e. Ibu tidak menjaga kebersihan dirinya akibatnya payudaranya membengkak selain karena tidak disusukan.

4. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan ibu sekarang adalah sulit tidur, cemas, tidak nafsu makan, perasaan tidak berdaya, tidak senang melihat bayinya, tidak ada perhatian pada bayinya, dan tidak ada perhatian dengan penampilan dan kebersihan dirinya.

5. Keadaan psikologis
a. Ibu cemas dengan kelainan bayinya karena ibu ingin memiliki bayi/anak laki-laki.
b. Ibu cemas dan takut bila suami dan keluarga tidak memperhatikannya
c. Ibu khawatir bila suami dan keluarga tidak menyukainya.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Ibu tampak cemas dan gelisah
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg Temp : 36,70C
RR : 20 x/mnt Pols : 80 x/mnt
3. Pemeriksaan inspeksi, paplasi, auskultasi dan perkusi
a. Rambut : Hitam, pendek, kusam, terlihat kering dan kotor
b. Wajah : Tidak ada oedema, terlihat agak kusam dan tidak ada cloasma gravidarum.
c. Mata : Konjungtiva agak pucat, sclera putih, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata dan pengelihatan normal.
d. Hidung : Fungsi penciuman baik, kebersihan baik, tidak ada polip, tidak ada peradangan dan mukosa berwarna merah muda.
e. Mulut : Fungsi pengecapan baik, tidak ada stomatis, tidak ada caries, bibir pecah-pecah dan terlihat kering.
f. Telinga : Simetris kanan dan kiri, fungsi pendengaran baik, kebersihannya kurang, tidak ada pengeluaran serum, daun telinga ada.
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis, terlihat agak kotor.
h. Dada : Buah dada simetris kanan dan kiri, putting susu menonjol, terjadi pembesaran, tidak ada benjolan pada payudara, konstitensi keras, keadaannya kurang bersih, hyperpigmentasi areola mammae.
i. Abdomen : TFU sudah tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, tidak ada oedema dan varises pada restal, tidak ada haemoroid.
j. Ekstermitas :
Ekstermitas atas : Simetris kanan dan kiri, tidak ada cacat, bebas digerakkan, lengkap dan keadaannya kurang bersih
Ekstermitas bawah: Simetris kanan dan kiri, tidak ada cacat, bebas digerakkan, lengkap dan keadaannya kurang bersih

III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Dasar
1. Potensial terjadi depresi post partum
Dasar :
a. Ibu sulit tidur
b. Ibu cemas dan gelisah
c. Ibu tidak perhatian terhadap bayinya
d. Ibu tidak ada perhatian pada penampilan dirinya

2. Potensial gangguan pengeluaran ASI
Dasar :
a. Ibu tidak ada nafsu makan
b. Ibu makan 2 x sehari, porsi makan ½ piring nasi, ¼ mangkuk sayur bening, 2 potong tempe, ibu tidak suka minum susu
c. Payudara ibu yang membengkak
d. Ibu tidak pernah menyusui bayinya.

IV. Kebutuhan
Kolaborasi dengan dokter/psikiater untuk mendapat therapy

V. Rencana Asuhan
1. Jelaskan kondisi ibu saat ini
a. Memberitahu pada ibu dan keluarga, sehingga ibu dan keluarga mengetahui bagaimana kesehatan ibu saat ini.
b. Menganjurkan kepada ibu dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.
c. Memberitahu pada ibu dan keluarga tentang pada istirahat yang baik untuk ibu post partum.
d. Memberitahu ibu untuk merawat dirinya dan bayinya.
e. Observsi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital.
2. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
a. Memberitahu ibu bahwa ibu post partum perlu mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap harinya, makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup, minum sedikitnya 8 liter air setiap hari.
b. Gizi untuk ibu harus terpenuhi dengan baik, ibu memerlukannya 2 x lebih banyak dari wanita lain, karena ibu membutuhkan apabila gizinya tidak terpenuhi ibu bisa menderita anemia.
3. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya personal hygiene
a. Anjurkan kepada ibu dan keluarga untuk mendukung dan merawat bayinya.
b. Anjurkan kepada untuk selalu merawat dirinya dan juga bayinya
c. Anjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan dirinya juga bayinya
4. Anjurkan ibu untuk beristirahat
a. Anjurkan pada ibu tentang istirahat yang baik untuk ibu post partum.
b. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat cukup.
5. Jelaskan pada ibu tentang faktor-faktor yang memperberat depresi.
6. Kolaborasi dengan dokter/psikiater.

VI. Implementasi / Pelaksanaan
1. Menjelaskan bahwa ibu berada dalam masa nifas dengan depresi, yang ditandai dengan gejala sulit tidur, tidak nafsu makan, cemas, perasaan tidak berdaya tidak senang melihat bayinya, tidak ada perhatian pada bayinya, tidak ada perhatian dengan penampilan, kebersihan dirinya dan bayinya. Hal ini dapat dicegah dengan ibu merawat diri, makan dengan menu seimbang olah raga, istirahat untuk mencegah dan mengurangi perubahan perasaan. Mintalah bantuan keluarga, teman, tetangga untuk menjaga bayi sementara saat tidur, rekreasi dan rencanakan acara keluar bersama bayi dan bersama suami dan jika dilakukan sejak dini depresi ibu dapat dicegah. Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu :
TD : 100/80 mmHg Suhu : 36,90C
RR : 24 x/mnt Nadi : 90 x/mnt


2. Membantu ibu dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari dengan melibatkan keluarganya seperti pemenuhan nutrisi, personal hygiene dan kebutuhan yang lain.
3. Menganjurkan tentang perawatan bayi sehari-hari seperti menggendongnya bila bayi menangis, menyusuinya, mengganti popoknya bila basah, menjaga bayinya tetap kering, bersih dan hangat, agar ibu merasa lebih dekat dengan bayinya, menyukainya dan mulai tumbuh kasi sayangnya pada bayinya.
Menganjurkan keluarga dan teman untuk mendukung karena ibu membutuhkan pengertian emosional, konseling, serta tenggang waktu untuk lepas sejenak dari kegiatan merawat bayi, bantuan dari keluarga dan teman sangat berpengaruh dalam proses penyelesaian masalah.
Menganjurkan kepada ibu untuk selalu merawat dirinya dan juga bayinya.
4. Menganjurkan pada ibu untuk beristirahat cukup 8 jam sehari dan usahakanlah kalau siang istirahat 1-2 jam waktu bayinya tidur. Menganjurkan pada keluarga selalu memantau pola istirahat ibu.
5. Menjelaskan faktor-faktor yang dapat memperberat depresi seperti kurangnya dukungan keluarga dirumah, peruahan hormonal, lingkungan melahirkan, jumlah anak dan hubungan seksual yang kurang menyenangkan setelah melahirkan.
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter/psikiater untuk mendapatkan terapi yaitu psikoterapi dan pengobatan seperti penenangan.

VII. Evaluasi
1. Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini
2. Keadaan umur ibu cemas, kesadaran composmentis
3. Tanda-tanda vital
TD : 100/80 mmHg Nadi : 90 x/mnt
RR : 24 x/mnt Suhu : 36,90C
4. Ibu mengerti hal-hal yang dijelaskan dan mau melakukan anjuran
5. Ibu sudah mau mandi sore, tapi belum mau cuci rambut.
6. Ibu masih belum mau makan.

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari Ke-4 tanggal 11 Agustus 2007

S : a. Ibu mengatakan masih sulit tidur
b. Ibu belum ada nafsu makan

O : Ibu dengan post partum blues
a. Keadaan umum ibu masih cemas
b. Tanda-tanda vital
TD : 100/80 mmHg Nadi : 86 x/mnt
RR : 22 x/mnt Suhu : 36,80C
c. Ibu belum mau makan
d. Ibu menangis tanpa sebab
e. Ibu sangat sensitif dan mudah tersinggung
f. Ibu tidak memperhatikan penampilan dirinya
g. Ibu kurang menjaga kebersihan dirinya
h. Ibu merasa kurang menyayangi bayinya
i. TFU 3 jari di atas simpisis
j. Pengeluaran pervaginam lochea rubra
k. Ibu mengatakan payudaranya bengkak
l. Pengeluaran ASI terhambat, karena tidak disusukan pada bayinya.
m. Eliminasi BAK : 3-4 x/hari, BAB : 1 x/hari

A : a. Post partum blues
b. Penyuluhan tentang pentingnya istirahat
c. Penyuluhan tentang nutrisi ibu menyusui
d. Penyuluhan tentang personal hygiene
P : a. Jelaskan pada ibu bahwa personal hygiene itu penting
b. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
c. Anjurkan ibu untuk selalu menyusui bayinya

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari ke-9 tanggal 16 Agustus 2007

S : a. Ibu mengatakan sudah bisa tidur
b. Ibu mengatakan sudah mau makan
c. Ibu mulai menyenangi bayinya dan mau merawat bayinya.
d. Ibu mengatakan sudah mulai memperhatikan penampilan dan kebersihan dirinya juga bayinya.

O : Ibu dengan post partum blues
a. Keadaan umum ibu membaik
b. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg Nadi : 24 x/mnt
RR : 24 x/mnt Suhu : 36,70C
c. Makanan yang diberikan selalu dihabiskan
d. Pengeluaran pervaginam lochea serosa
e. Ibu tampak terlihat bersih dan rapi
f. TFU sudah tidak teraba
g. Pengeluaran ASI sudah mulai lancar karena ibu sudah mau menyusui bayinya
h. Eliminasi
BAB : 1 x/hari
BAK : 3-4 x/hari

A : a. Post partum blues pada ibu sudah berkurang
b. Penyuluhan tentang ASI eksklusif
c. Penyuluhan tentang kontraksi

P : a. Lanjutkan intervensi
b. Anjurkan ibu untuk selalu menyusui bayinya
c. Jelaskan pada ibu bahwa ASI eksklusif itu penting
d. Jelaskan pada ibu dan suami tentang jenis-jensi perkembangan
e. Jelaskan keuntungan dan kerugian serta efek samping
f. Anjurkan ibu untuk mendiskusikan dengan suami alat kontrasepsi yang akan dipakai

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari ke-13 tanggal 20 Agustus 2007

S : Ibu mengatakan ingin menggunakan alat kontrasepsi yang menjarangka kehamilan

O : a. Keadaan umum ibu baik
b. Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg Nadi : 80 x/mnt
RR : 22 x/mnt Suhu : 36,70C
c. pengeluaran pervaginam lochea alba
d. TFU tidak teraba
e. Pengeluaran ASI sudah lancar

A : Penyuluhan tentang hubungan seksual setelah persalinan

P : a. Persiapan pemberian alat kontrasepsi yang dipilih ibu
b. Pemberian alat kontrasepsi yang dipilih
c. Jelaskan pada ibu dan suami, apakah ibu dapat memasukkan satu/dua jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri berarti secara fisik ibu aman jadi, tidak perlu cemas.


DAFTAR PUSTAKA

Adele Pilliters, Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak, EGC : Jakarta, 2002

Jones, Derek Ilewellyn, Setiap Wanita, Dela Pratasa, Jakarta, 1997

www.google.com